Selasa, 02 Maret 2010

Persiapan Menjadi Ibu Idaman

Persiapan Menjadi Ibu Idaman
Oleh Rasyidah Munir

Semasa gadis, biasanya seorang muslim merasa bahwa mempersiapkan diri untuk menjadi ibu idaman bagi anak anaknya kelak merupakan sesuatu yang terlalu dini dan bukan saatnya. Mereka mengira bahwa persiapan itu meliputi hal yang berkisar peralatan anak, menyusui yang sehat dan benar serta hal-hal yang harus langsung "praktek.". Padahal bukan hanya itu, mempersiapkan diri menjadi ibu idaman kelak sama saja dengan mempersiapkan diri untuk menjadi pencetak generasi mujahid /mujahidah yang akan memikul tanggung jawab memberlakukan Islam di muka bumi. Bukankah itu tanggung jawab yang besar dan berat ?, yang persiapannnya tidak mungkin secara “dadakan” .
Jika kita tengok pada masa lampau ternyata pada saat itu telah tumbuh generasi yang memiliki mental mujahid sekaligus memiliki intelektual mujtahid, pada diri mereka tertanam keyakinan kuat bahwa mereka ada semata mata demi dan untuk Islam. Akhirnya dengan kualitas seperti ini mengantarkan ummat Islam menjadi sebaik baiknya ummat atau khairu Ummah. Inilah yang disebut dengan keberhasilan menjadi seorang ibu .

Dimulai dari diri sendiri
Apabila menjadi ibu idaman adalah sosok ibu yang dapat menciptakan generasi sebaik- baiknya dimata Islam maka menata diri sendiri sejak dini adalah langkah awal yang harus dilakukan.

1. Memiliki Prinsip Hidup yang Jelas.
Sebagai seorang muslimah tentu menjadikan aqidah Islam sebagai dasar bangunan pemikiran dan perasaannya (segala kecenderungannya). Dalam diri seorang muslimah tidak ada istilah “saya hidup seperti air mengalir, kemana air bergerak, ya ikuti saja”. Moto hidup seperti ini menunjukkan orang yang menjalaninya tidak punya pendirian dan prinsip hidup yang jelas, menyerahkan dirinya pada fakta dan realitas yang terjadi, terbawa arus!. Bagaimana mungkin akan membentuk generasi yang kuat jika ibunya tidak punya pendirian?.

2. Mengkaji dan Mengumpulkan Sebanyak Banyaknya Ilmu dan Wawasan.
Pemahaman merupakan kunci dalam bertingkah laku. Seorang akan selalu tergantung dengan apa yang dipahaminya. Jika pemahamannya salah, tentu tingkah lakunya akan salah pula. Dalam hal ini pemahaman yang harus dimiliki , meliputi seluruh aspak kehidupan , sebab yang kita jalani adalah kehidupan itu sendiri , dan yang akan kita bina adalah anak anak yang juga akan menjalani kehidupan .

3. Memahami Konsep Memilih Pasangan Hidup.
Menjadi seorang ibu , yang akan membina dan mendidik anak- anaknya tentulah melalui proses pernikahan terlebih dahulu. Memilih pasangan yang akan menjadi teman hidup dalam ikatan pernikahan dan yang akan menjadi ayah dari anak anak merupakan hal yang sangat penting. Mencari pasangan hidup ( calon suami) yang masih dalam ruang lingkup kekuasaan manusia sehingga masih bisa diusahakan secara maksimal oleh manusia itu sendiri.
Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi :

“Seorang wanita dinikahi karena empat hal, karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya, maka carilah wanita yang taat beragama agar engkau beruntung “(HR Alkhamsah).

pada dasarnya berlaku pula untuk wanita untuk mencari pasangan hidup. Maka taat beragama adalah kriteria yang sebaiknya menjadi ukuran pertama, saat wanita memilih calon suaminya. begitu pula hadits Rasulullah SAW :

“Apabila datang seorang laki laki kepadamu untuk melamar. dan engkau pandang baik agama dan akhlaknya maka nikahkannlah dia, sebab jika tidak, akan terjadi fitnah dan kerusakan dimuka bumi … (HR Tirmidzi)

4. Memahami Konsep Pergaulan yang Islami
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari interaksi sesama mereka. Saling menolong, bekerja sama dalam mewujudkan maslahat hidup, diantara laki-laki dan perempuan. Tetapi jelas ada aturannya. Tidak adanya pemahaman terhadap aturan ini, mengakibatkan terjadinya salah bergaul, pergaulan bebas dan pelanggaran syariat lainnya., kalau ini terjadi, kemudian lahir anak anak hasil pelanggaran syariat, bukan ibu dambaan yang dimiliki si anak tersebut pada saat itu, akhirnya akan sulit ia membangun kepercayaan anak dan kewibawaan seorang ibu dimata anaknya kelak , dengan begitu akan sulitlah ia mengarahkan dan membina anak anaknya tanpa rasa percaya dan wibawa tadi .
Aturan pergaulan Islami ini pula yang harus ditanamkan dan dijelaskan kepada anak anaknya kelak yang meliputi :
- Aturan menutup aurat
- Aturan memakai aturan yang sempurna bagi wanita
- Larangan khalwat
- Perintah menundukkan pandangan
- Tidak tabarruj (menonjolkan kecantikan / perhiasan pada laki laki non mahrom)
- Larangan berinteraksi yang tidak “hajat syar’i “.

5. Memahami Konsep Khitbah dan Pernikahan
Remaja sekarang sering mempersamakan kata ta’aruf dengan istilah “pacaran islami” dan khitbah dengan istilah “tunangan”. Padahal dua istilah ini jauh sekali maknanya dengan kata yang di plesetkannya.
Ta’aruf adalah mengenal. dan ini diperbolehkan selama tetap tidak melanggar rambu rambu syariat dalam pergaulan. Sementara pacaran yang islami tentu tidak ada tuntunannya dalam Islam . Istilah ini menjurus pada aktivitas yang sekedar diberi label Islam saja, padahal hakikatnya tetap berisi pelanggaran terhadap syariat Islam, silahkan buktikan!!.
Khitbah adalah proses meminang / melamar dari seorang laki- laki kepada wanita yang ingin dinikahinya baik secara langsung atau melalui walinya. Hal ini adalah proses yang harus dilalui sebelum adanya akad dalam pernikahan . Sementara tunangan, bukanlah khitbah, dia hanya merupakan kebudayaan masyarakat tertentu untuk mengumumkan adanya ikatan khitbah biasanya dengan acara tukar cincin dll. Prosesi seperti ini tidak dicontohkan dalam Islam .
Pernikahan merupakan akad yang dilakukan oleh sepasang laki laki dan wanita untuk menghalalkan hubungan laki laki dan wanita tersebut. dengan beberapa aturan pernikahan dan syarat sahnya akad nikah maka akan selamatlah kehidupan rumah tangga diantara dua orang tadi.

6. Memahami Bagaimana Kehidupan Rumah Tangga dan Kiat-Kiat Untuk Mengarungi Bahteranya .
“Pengalaman adalah guru yang terbaik”, sepertinya pepatah ini kurang berlaku untuk persiapan menjadi ibu dan pengatur rumah tangga idaman, sebab, tidak harus melakukan dulu, baru seseorang akan bebas daari kesalahan atau kegagalan jika memang itu berlaku, maka tidak usah ada persiapan seorang muslimah bisa mempelajari dan memahami point ini dari sekarang. Banyak kehidupan rumah tangga orang lain yang bisa dijadikan gambaran sebagai contoh aplikasi. Kegagalan orang lain, menjadi pelajaran bagi kita, keberhasilan orang lain menjadi motivasi bagi kita dan itu bukan sekedar teori.
Beberapa hal yang harus difahami :
- Makna hubungan suami istri sebagai sahabat antara satu dengan yang lain, bukan sebagai rekan kerja , atau anatara bos dan karyawan.
- Saling menyayangi dan membagi ketentraman (QS Ar-Rum : 21)
- Berlomba menunaikan kewajiban dan memberikan hak pada pasangan masing-masing (QS al-Baqarah : 228)
- Saling mempergauli dengan cara-cara yang ma’ruf dan meringankan beban (QS an Nisa :19)
- Dsb
Ketentraman dalam kehidupan rumah tangga akan lahir darinya anak-anak yang senantiasa ikut berterima kasih, sayang dan saling memberikan ketentraman (qurrata ‘ayun).

7. Memahami Konsep Pengasuhan dan Pendidikan Anak
Tidak ada seorang ibu yang ingin anaknya tidak soleh meskipun cerdas, berhasil dalam ekonomi, terpandang, berparas cantik atau ganteng, namun ternyata tidak soleh/solehah hal ini tidak akan membahagiakan.. Sangat menyakitkan bagi seorang ibu manakala anaknya menjadi seorang pembangkang, dan berkata menyinggung perasaan dan berbuat tidak sesuai dengan keinginan dan harapan. Naudzubillahi min dzalik.
Maka pergaulan dan pendidikan anak menjadi kunci dalam pembentukan kepribadian mereka .
Hal-hal yang perlu difahami :
- menunaikan hak anak dengan penyusuan maksimal dua tahun
- mencurahkan kasih sayang
- memberikan contoh yang benar dalam segala hal
- menjadi tempat bertanya dan mencari solusi bagi anak anak
- berbahasa dengan baik dan fasih (benar dan jelas)
- peka terhadap lingkungan.
- dll

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar di sini